Ciputat, LiputanNusa.id – Wali Kota Benyamin Davnie menargetkan pada akhir 2024 angka kemiskinan ekstrem di Tangerang Selatan sebesar 0 persen. Maka dari itu Pemkot Tangsel meluncurkan program strategis.
“Saya optimis target tercapai. Kita kan dalam merumuskan kebijakan basisnya data, karena program-program APBD sudah banyak intervensi mengarah ke sana,” ujarnya.
Intervensi tersebut dilakukan Pemerintah Kota Tangerang Selatan dengan menggelontarkan ratusan miliar rupiah untuk penanganan kemiskinan ekstrem. Kebijakan ini jadi bukti konkret pro rakyat pemkot Tangsel di bawah kepemimpinan Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan.
“Total Rp653 miliar akan dikucurkan ke dalam 96 sub kegiatan di 15 Organisasi Perangkat Daerah (OPD),” ujarnya.
Belum lagi, ia mengatakan, alokasi anggaran program percepatan penurunan kemiskinan dan kemiskinan ekstrem mencapai 14,57 persen atau sebesar Rp 653.558.181.622.
Program itu akan diarahkan untuk pengurangan tingkat kemiskinan menjadi 1,75 persen dan menurunkan kemiskinan ekstrem sampai 0 persen. Meningkatkan kualitas pembangunan SDM melalui peningkatan IPM menjadi 82,4 persen, menurunkan tingkat pengangguran terbuka menjadi 5,67 persen, meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah menjadi 6,90 persen yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menurunkan kesenjangan menjadi 0,34 persen.
“Selain itu, program dan kegiatan juga diarahkan untuk mencapai kinerja tematik yang selaras dengan prioritas nasional, antara lain penurunan kemiskinan ekstrem menjadi nol persen dan menurunkan angka stunting menjadi di bawah delapan persen,” ujar Benyamin.
Dalam komponen belanja operasional juga terdapat belanja yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti belanja UHC, hibah, bantuan sosial, belanja terkait penanganan kemiskinan, penanganan stunting, serta belanja barang yang diserahkan kepada masyarakat, dan pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan publik.
“Kami sepakat agar belanja Pemerintah Daerah digunakan untuk kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat dan mampu menggerakan roda perekonomian sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kota Tangsel, Eki Herdiana mengatakan, telah melakukan kategorisasi orang miskin. Yakni konsumsi per bulannya Rp 700 ribu dan masyarakat miskin ekstrem, biaya konsumsinya per bulan Rp500 ribu.
Saat ini terdapat 40 ribuan orang di Tangsel masuk kategori miskin dan 7.000 an orang masuk kategori miskin ekstrem. Data ini diperoleh dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) RI. Angka inilah yang akan dilakukan verifikasi agar mendapat data yang real dan faktual.
“Makanya mau kita sandingkan, mau kita siapkan formatnya tinggal disosialisasikan, sebetulnya verifikasi ini juga sudah kita lakukan,” ungkapnya. (DS)