Jakarta, LiputanNusa.id – Maraknya kasus Mycoplasma pneumonia di China dan beberapa negara lainnya membuat masyarakat kembali resah.
Menanggapi keresahan masyarakat terutama terhadap dampak ekonomi mereka yang tengah bangkit, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menggelar webinar dan konferensi pers secara online pada Jumat Sore (1/12).
Menurut Ketua Pokja Infeksi PDPI Prof. Dr.dr.Erlina Burhan M.Sc., Sp.P(K) pemerintah bahkan dokter tidak terlalu mengganggap ini adalah hal yang serius. “Karena tingkat kesembuhannya tinggi, tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah, minum obat-obat psikomatis saja seperti obat-obat flu, dan juga parasetamol. Minum yang cukup, istirahat yang cukup, dan kalau memang memerlukan antibiotik yang mycrolite,” ujarnya.
Mengenai gejalanya, pada orang dewasa gejalanya ringan-ringan saja seperti batuk, demam tidak terlalu tinggi, dahaknya tidak banyak dengan warna hijau atau kekuningan atau kecoklatan, namun warnanya bening, leukositnya tidak naik.” Intinya ringan-ringan saja,” jelas Erlina Burhan.
Meski demikian, Erlina Burhan meminta agar tetap waspada terutama bagi para masyarakat yang memiliki komorbid.
Ini tentu saja membuat gejalanya lebih berat karena ada komorbidnya. Mungkin dirawat karena komorbidnya bukan semata-mata karena pneumonia atau infeksi Mycoplasmanya,” ujarnya.
Selain itu, ia mengungkapkan, penelitian yang dilakukan di Indonesia terhadap pasien pneumonia komunitas atau pneumonia yang dirawat, kategorinya berat, justru yang ditemukan kuman lain. Namun,pada saat dilakukan pemeriksaan dengan regen khusus untuk menemukan Mycoplasma, ditemukan 26 persen dari kasus-kasus pneumonia ternyata ada ko-infeksi dengan Mycoplasma pneumonia.
Erlina menambahkan jika Anda mempunyia risiko untuk penyakit ini menjadi berat, apalagi pada anak-anak, sebaiknya jalani kembali protokol kesehatan (prokes).
Jadi itulah mengapa mycoplasma tidaklah menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan. Namun, jika hal itu terjadi pada anak apalagi jika anak memiliki alergi dan asma, biasanya akan agak berat gejalanya dan menimbulkan penyempitan saluran nafas menjadi sesak nafas. “Tidak perlu panik, namun tetap waspada,” ujar Erlina.
Dr dr Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) menambahkan perlu diwaspadai jika mycoplasma pneumoniae menginfeksi anak atau pasien yang memiliki daya tahan atau imunitasnya terganggu seperti pasien kanker, biasanya gejalanya akan lebih berat. “Tapi secara ini tidak lebih berat dari Covid atau pneumoniae lainnya,” tutupnya. (Tj.Foto:Tj)