Jakarta, LiputanNusa.id- Seminar Nasional Pengarusutamaan Pusat Ketenagakerjaan Inklusif (Inklusive Job Center) yang digelar di Jakarta 23 Februari 2023 secara hybrid di Zoom Meeting & Hotel Aryaduta Jakarta, atas kerjasama Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) bekerja sama dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) (Badan kerjasama internasional untuk pembangunan berkelanjutan milik Pemerintah Jerman).
IJC dibangun dengan menggunakan pendekatan twin-track approaches, dimana penyandang disabilitas yang mencari kerja serta perusahaan yang akan memperkerjakan penyandang disabilitas dipertemukan dan dikembangkan oleh BPJS Ketenagakerjaan bekerja sama dengan Program Perlindungan Sosial yang diimplementasikan oleh GIZ (GIZ SPP).
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60/2020 tentang Unit Layanan Disabilitas (ULD) Bidang Ketenagakerjaan memandatkan pemerintah daerah untuk membentuk ULD dan menyediakan layanan berkualitas kepada penyandang disabilitas untuk mengakses pekerjaan karena IJC merupakan jembatan dalam membangun pasar tenaga kerja inklusif atau Inclusive Labour Market (ILM) di Indonesia.
Oleh karena itu, konsep menarik
IJC harus disebarluaskan dan disosialisasikan kepada pemerintah kota, karena melalui IJC peningkatan kualitas pencari kerja disabilitas dapat dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh, serta membantu pemerintah daerah yang mempunyai peran penting dalam memastikan tersedianya pelayanan kepada penyandang disabilitas, khususnya untuk mendapatkan hak atas pekerjaan setara dengan yang non disabilitasOleh karenanya, konsep Inclusive Job Center (IJC) d sangat relevan untuk membantu pemerintah daerah dalam mengembangkan peran Unit Layanan Disabilitas bidang Ketenagakerjaan.
Pemerintah Daerah berperan penting dalam memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas untuk mendapatkan hak ketenagakerjaan yang setara, maka Apeksi bekerja sama dengan GIZ melakukan Pengarustamaan Pusat Ketenagakerjaan Inklusif atau Inclusive Job Center(IJC) untuk Pemerintah Kota.
Target program Pengarusutamaan sasarannya pada pemerintah kota khususnya anggota Kelompok Kerja (Pokja) Menuju Kota Inklusif Apeksi, telah dilaksanakan sejak bulan Desember 2022 hingga akhir Februari 2023 ini, terdiri dari asesmen/survei, Kick Off Meeting, menyusun panduan (handbook), infografis dan video yang masih dalam proses finalisasi, pelatihan yang dilaksanakan di 4 kota untuk 28 kota Pokja dan talkshow radio.
Melalui seminar nasional, maka berbagai kebijakan dan kegiatan yang sudah dikembangkan dalam upaya pengarusutamaan mengingat seminar nasional merupakan salah satu tahapan dalam upaya pengarusutamaan IJC sebagai jembatan dalam membangun Inclusive Labour Market, termasuk hasil diskusi, diskusi terarah dengan perwakilan pemerintah kota, organisasi penyandang disabilitas, Kementerian dan pemangku kepentingan lainnya, dikomunikasikan kepada Pemerintah Pusat serta Pemerintah Kota anggota APEKSI.
Seminar yang dihadiri lebih kurang 100 orang hadir secara langsung dan 85 hadir secara virtual, menghadirkan berbagai pihak yang berkepentingan dalam membangun ketenagakerjaan inklusif mulai dari pemerintah pusat, pemerintah kota, BUMN, organisasi penyandang disabilitas, organisasi nirlaba hingga swasta.
Ketua Dewan Pengurus Apeksi, Bima Arya Sugiarto sekaligus Walikota Bogor dalam sambutannya mengatakan bahwa “IJC ini merupakan platform bagus yang tidak cukup dalam komitmen tetapi harus didetilkan terkait jumlah tenaga kerja yang harus diakomodir, angka yang bisa diokomodir dalam bidang ekonomi yang harus dialokasikan dalam APBD agar platform ini dapat berkelanjutan”.
Sementara itu, Direktur Program Perlindungan Sosial GIZ, Cut Sri Rozanna menyampaikan bahwa “Inclusive Job Center (IJC) dibangun dengan konsep pemberdayaan, membangun ekosistem ketenagakerjaan yang inklusif, yang bukan sekedar job fair sehari, atau informasi lowongan kerja, atau aplikasi pencari kerja, tetapi merupakan medium yang akan mempertemukan penyandang disabilitas dengan pemberi kerja yaitu industri dan pemerintah kota.
IJC adalah membangun ekosistem dari hulu ke hilir, dimana IJC berada pada posisi central peningkatan sumberdaya manusia. IJC akan memudahkan pekerjaan pemberi kerja dan men-develop skill-skill baru yang potensial sesuai dengan kebutuhan industri serta jenis disabilitas yang dimiliki serta mendorong kolaborasi bukan kompetisi dan membutuhkan kerjasama semua pihak.
Disampaikan Direktur Ketenagakerjaan Bappenas, Mahatmi Parwitasari Saronto bahwa “Dalam mewujudkan terbentuknya IJC, diperlukan kolaborasi dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk bisa secara bersama menjalankan keterlaksanaan IJC. Kerjasama tersebut dibutuhkan dalam menyelesaikan isu kebutuhan tenaga kerja disabiltas.
Diingatkan Ketua SEHATI Sukoharjo, Edy Supriyanto, bahwa pentingnya memastikan adanya keterlibatan penyandang disabilitas dan organisasinya dalam berbagai proses pembangunan termasuk dalam perencanaan membangun ketenagakerjaan inklusif, apabila pemerintah kota ingin melakukan rekrutmen karyawan di BUMD pastikan terdapat 2% disabilitas, kemudian pelatihan di BLK pastikan ada disabilitas dan dinas-dinas saling berkolaborasi untuk data terbaru ”
Untuk menyiapkan disabilitas siap kerja melalui pendidikan yang berkualitas sehingga kompeten untuk masuk ke pasar kerja dan diversifikasi peluang kerja atau penganekaragaman peluang kerja karena disabilitas netra identik dengan stigma sebagai tukang pijat atau music/penyanyi, padahal minat atau skillnya bisa beragam dan sama dengan non disabilitas seperti operator telepon atau content creator, Ungkap Aria Indrawati dari Yayasan Mitra Netra.
Menutup seminar, Ketua Pokja Menuju Kota Inklusif Apeksi, Wahdi Siradjuddin menegaskan bahwa Pokja akan menyusun rencana aksi di kota-kota termasuk agenda nasional Apeksi dalam membangun ketenagakerjaan inklusif sebagai upaya membangun kota inklusif di Indonesia.